SMMC.or.id. – Hijrah Berbuah Tawadhu, adalah tema materi pengajian akhwat SMMC wilayah jabodetabek pada 11 Maret 2018 lalu.
Bertempat di Masjid Al Ihsan BKPM Jl. Gatot Subroto, Jaksel, pukul 10.00-12.00 WIB, sekitar 35 akhwat SMMC Jabodetabek dan bahkan dari Cimahi-Bandung, turut hadir dalam majelis ilmu ini.
Pengajian akhwat SMMC ini adalah yang pertama kali dilaksanakan untuk wilayah Jabodetabek-Jabar. Sementara untuk wilayah Sumut, sudah berjalan lebih dahulu sejak tahun 2016 lalu.
Acara dibuka Dewi Sanita (SMMC 1993) sebagai MC dan sambutan oleh Kakanda Sari Harahap SMMC 1968 selaku anggota Dewan Pembina SMMC. Dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al Quran surah An Nisa Ayat 97-100 oleh Sandra Mega (SMMC 1999) dengan saritilawah Sarah Moechlis (SMMC 1999).
Makna QS An Nisa ayat 97-100
Ayat ini berisi bahwa disyariatkan berhijrah untuk dapat menjalankan agama ketika mendapat gangguan dalam menjalankannya, dan balasan bagi yang berhijrah.
Ayat 97: Sesungguhnya orang-orang yang dicabut nyawanya oleh malaikat dalam keadaan menzalimi diri sendir, (kepada mereka) malaikat bertanya, “Dalam keadaan bagaimana kamu ini?” Mereka menjawab, “Kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)”. Mereka (para malaikat) bertanya, “Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?” Maka orang-orang itu tempatnya di neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali,
Ayat 98: Kecuali mereka yang tertindas baik laki-laki atau perempuan dan anak-anak yang tidak berdaya dan tidak mengetahui jalan (untuk hijrah),
Ayat 99: Mereka itu, mudah-mudahan Allah memaafkannya. Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.
Ayat 100: Barang siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka akan mendapatkan di bumi ini tempat hijrah yang luas dan (rezeki) yang banyak. Barang siapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh, pahalanya telah ditetapkan di sisi Allah. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Ringkasan Tausyiah
Bersama Ustadzah Ummi Abdurrahman As-sundawi, dengan tema Hijrah Berbuah Tawadhu, disampaikan tausiyah (ringkasan) sebagai berikut:
HIJRAH.Berasal dari kata Hajara – yahruju yang artinya berpisah atau memutuskan,meninggalkan. Makna hijrah dapat secara fisik (QS. Al Anfal ayat 72), yakni perpindahan secara fisik dari satu tempat ke tempat yang lain. Hijrah juga dapat secara psikis (QS Al Muzammil ayat 10), yaitu hatinya yang berpindah. Hijrah itu perlu kesabaran dan kesungguhan
TAWADHU artinya rendah hati atau tidak sombong.• Tawadhu adalah ketundukan kepada kebenaran Allah SWT dan menerimanya dari siapapun datangnya informasi kebenaran tersebut, baik dalam keadaan suka maupun tidak suka.
Tawadhu ialah bersikap tenang,sederhana dan sungguh sungguh menjauhi perbuatan takabbur (Sombong) ataupun sum’ah ingin diketahui orang lain amal kebaikan kita.
Orang yang tawadhu adalah orang menyadari bahwa semua kenikmatan yang didapatkannya bersumber dari Allah SWT.
Penyebab sombong antara lain adalah ilmu pengetahuan, mengabaikan mensucikan dirinya dan amal ibadah.
Keutamaan tawadhu adalah menjadi sebab kemuliaan di dunia dan akhirat dan sebab dicintai manusia.
Tawadhu kepada Allah (mentaati perintahnya dan menjauh larangannya). Tawadhu kepada Rasul (meneladani rasul). Tawadhu sesama manusia (memahami manusia hanya makhluk lemah, saling membutuhkan manusia yang lain).
Terapi untuk meraih tawadhu yakni dengan ilmu dan amal. Dengan ilmu kita dapat mengenal diri sendiri dan Allah SWT. Dan meningkatkan tawadhu dengan amal perbuatan dan akhlak mulia.
Nabi Muhammad SAW pernah bersabda “dan sesungguhnya Allah mewahyukan padaku untuk memiliki sifat tawadhu’. Janganlah seseorang menyombongkan diri (berbangga diri) dan melampaui batas pada yang lain.” (HR. Muslim no. 2865)
Hikmah
Pesan dari Imam Al Ghazali.:
Apabila melihat orang jahil, anggaplah mereka lebih mulia karena mereka berbuat dosa karena kejahilannya, sedangkan kita berdosa dalam keadaan mengetahuinya.
Apabila berjumpa orang jahat, jangan anggap kita mulia. Mungkin orang jahat itu akan bertaubat pada masa tuanya, sedangkan kita belum tahu bagaimana akhirnya kehidupan kita.
Apabila bertemu orang kafir, katakan belum tentu dia akan kafir selamanya.
Semoga kita semua dijauhkan dari sifat sombong, dan dapat hijrah menjadi orang yang tawadhu. In syaa Allah.
*Sub Divisi Dakwah SMMC*
Simak materi Ngobrol Perkara Islam lainnya di sini.